Pengikut

Kamis, 13 Juni 2013

MENGAPA ALQURAN PERLU&HARUS DIHAFAL ? (PART1)

Mengapa Alquran Perlu & Harus Dihafal? (bagian 1)


Mengapa Al Quran perlu dan harus dihafal? Mungkin pertanyaan ini pernah dibetik dalam diri kita. Bukankah mushaf (kumpulan lembaran) Al-Quran sudah banyak jumlahnya dan mudah didapatkan?
Sejarah telah mencatat bahwa al-Qur’an telah dibaca oleh jutaan manusia sejak dulu sampai sekarang. Para penghafal al-Qur’an adalah orang-orang yang dipilih Allah sepanjang sejarah kehidupan manusia untuk menjaga kemurnian al-Qur’an dari usaha-usaha pemalsuannya, sesuai dengan jaminan Allah dalam firman, “Sesungguhnya telah Kami turunkan Adz Dzikra (Al Qur’an) dan Kami-ah yang benar-benar menjaganya” (QS. Al Hijr 9).
Jawaban di atas hanya dapat dipahami dan diterima dengan hati yang puas oleh orang yang menyadari dari hakikat Al-Qur’an itu sendiri. Al Qur’an dihafal karena:
1. Al Qur’an adalah manhajul hayah (pedoman hidup) bagi seluruh manusia.
Allah berfirman, “Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara haq dan bathil)…“ (QS. Albaqarah 185).
Hifzhul Quran (menghafal Al Quran) merupakan upaya mengakrabkan orang-orang yang beriman dengan kitab sucinya sehingga ia tidak buta terhadap kitab sucinya. Terbukti dengan masih langkanya nilai-nilai Al Qur’an yang membudaya dan menyatu dalam kehidupan saat ini. Banyak muslimah yang masih terbuka auratnya, angka aborsi yang masih memprihatinkan, meningkatnya penderita HIV/AIDS akibat seks bebas atau narkoba atau tingkat korupsi yang cukup tinggi jelas membuktikan jauhnya nilai alquran dalam diri umat. Ini hanya contoh dari sekian banyak ajaran Al Qur’an yang belum dilaksanakan oleh jutaan kaum muslimin, baik di negeri ini maupun di negeri-negeri lainnya.
2. Al Qur’an adalah ruh bagi orang-orang yang beriman
Firman Allah, “Dan demikianlah kami wahyukan Ruh (Al Qur’an) dengan perintah Kami” (QS. Asy Syura 52).
Sayyid Quthub (tokoh dakwah Mesir, wafat 1966) mengatakan, “Di dalamnya (Al Quran) terdapat kehidupan, yang dapat menyebarkan, mendorong, menggerakan, dan mengembangkan kehidupan di dalam hati dan realita aktivitas yang dapat disaksikan” (dalam Tafsir Fi Dzilalil Quran, Juz 5 hal. 3171).
Orang-orang yang menghafalkan Al Qur’an sesungguhnya bukanlah sedang menghafal kata-kata yang tidak memiliki misi khusus, sebagaimana orang yang menghafalkan syair-syair. Namun sesungguhnya mereka sedang menghafalkan sesuatu yang memberikan kehidupan pada jiwa, akal bahkan jasadnya. Imam Hasan Al Banna (tokoh dakwah Mesir, wafat 1949) memberi gelar kepada para dai yang benar-benar komitmen terhadap Al Qur’an sebagai ruh, lewat kalimat, “Kalian adalah ruh baru dalam tubuh umat ini.”
Orang-orang munafik yang enggan berjihad, sebenarnya bukan karena tubuhnya yang sakit atau uzur, melainkan karena ruhnya yang lemah dan tidak memiliki kemauan. Allah menggambarkan bahwa sesungguhnya tubuh mereka sehat dan menakjubkan, “Dan apabila kamu melihat tubuh mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengar perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang bersandar.” (QS. Al Munafiqun 4). “Tong kosong nyaring bunyinya.” Itulah sifat orang munafik dalam kehidupannya.
3. Al Qur’an sebagai Ad Dzikra (peringatan)
Firman Allah, “…Maka berilah peringatan dengan Al Quran orang yang takut kepada ancaman-Ku” (QS. Qaaf 45).
Al Qur’an memiliki kemampuan untuk menggerakkan dan menggetarkan hati manusia yang hidup dan takut terhadap apa yang akan dihadapi di akhirat nanti, berupa ancaman yang dijanjikan Allah dalam Al Qur’an bagi orang yang berpaling dari peringatannya (dalam terjemahan bebas dari penafsiran Sayyid Quthb, juz 6 hal 3367).
Contoh paling masyhur adalah proses Islamnya Umar bin Khaththab. Walau punya watak yang keras & temperamental, Umar bergetar hatinya begitu mendengar bacaan ayat, “Thaahaa. Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah); yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. (Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ‘Arsy. Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik)” (QS. Thaahaa 1-8).
Ketika sampai ayat ke-14, Umar yang semula hendak menghajar adik perempuan beserta suaminya berangsur-asur melunak. Lantas ia berkata, “Betapa mulia dan indahnya ucapan ini. Tunjukkan padaku dimana Muhammad.” Kemudian ia mengucap syahadat di depan Rasulullah saw.
Karena itu, sudah seharusnya Al Qur’an perlu untuk dibaca berulang-ulang sampai hafal oleh orang-orang yang beriman. Dengan demikian, mereka secara kontinyu mendapatkan peringatan dari Allah dan lebih banyak hidup bersama ayat-ayat-Nya.
4. Al Qur’an sebagai inspirasi pengetahuan alam
Sesuai sifat Allah sendiri sebagai Maha Pencipta dan Maha Mengetahui, sudah sewajarnya jika Al Qur’an sarat dengan ilmu pengetahuan. Penghafal Al Qur’an sesungguhnya adalah orang yang otaknya penuh dengan informasi-informasi Allah baik rinci maupun global.
Bagaimana misalnya Alquran mendeskripsikan secara detil salah satu keadaan laut sebagaimana firman-Nya marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan ‘Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus’ (QS. Ar Rahman 19-20).
Al Qur’an sebagai manhajul hayah juga menjelaskan tema pendidikan, ekonomi, dan politik. Sedangkan dari segi iptek didalamnya banyak isyarat tentang ilmu Fisiologi, Astronomi, kedokteran bahkan ruang angkasa. Isyarat-isyarat ini telah berhasil dituangkan ke dalam karya tulis yang ditulis oleh Dr. Muhammad Al Khatib dalam bukunya yang berjudul Sains, Islam dan Kemukjizatan Dunia. Begitu juga Asy Syaikh Thanthawi dalam Tafsirnya Al Jawahir dan Asy Syaikh Azzindani.(bersambung).




Tidak ada komentar :

Posting Komentar